*PENGERTIAN
ASBABUNUZUL AL-QUR’AN*
Oleh :
Misbahudin
Setelah para ‘ulama melakukan ekplorasi mendalam
mengenai hal ikhwal asbabunuzul Al-Qur’an,
maka lahirlah sebuah kesimpulan
yang menjadi batasan-batasan yang termasuk katagori asbabunuzul. Yaitu :
Pertama, terjadinya sebuah peristiwa di jaman
Rasulullah. maka Al-Qur’an pun turun berbicara mengenai peristiwa tersebut, seperti
halnya hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, beliau berkata, Ketika turun
wahyu ” (QS-Asy-Syu’ara : 214).
وَاَنْذِرْ عَشِيْرَتَكَ الْاَقْرَبِيْنَ ۙ
_“Dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat”_. Maka Rasulullah
keluar dan naik ke bukit safa, lalu beliau berseru, “selamat pagi semua, wahai
umatku, maka orang-orang pun berkumpul mendekat
kepada Rasulullah, maka Rasulullah pun berkata Kembali,_”Bagaimanakah
pendapat kalian semua, jika aku memberitahukan bahwa ada segerombolan pasukan
berkuda dilereng gunung ini yang akan menyerang kalian, apakah kalian akan
mempercayainya?_, mereka serentak menjawab, _“Sungguh kami akan membenarkan
perkataanmu, karena sungguh kami tidak pernah mendapatimu berkata dusta”_.
Rasulullah pun langsung menimpali dengan
ucapan menukik dan mengunci logika mereka untuk bisa membantah, sebuah ucapan
yang menjadi point besar untuk disampaikan
kepada mereka, *_“Sungguh aku ini adalah nabi utusan Allah yang
memberikan peringatan kepada kalian akan siksa yang besar di depan kalian!”*_.
Lalu Abu Lahab pun marah dengan berkata, _“Celakah engkau wahai
Muhammad!, apakah karena masalah ini engkau kumpulkan kami disini?”_. kemudian
Abu Lahab berdiri dan berlalu pergi.
Maka setelah kejadian ini, turunlah ayat
Al-Qur’an yang mengecam sikap dan perkataan Abu Lahab tersebut, yaitu surat Al-Masad ayat 1.
تَبَّتۡ يَدَاۤ اَبِىۡ لَهَبٍ وَّتَبَّؕ
*_”Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan
benar-benar binasa dia!”_*
Kedua, asbabunuzul Al-Qur’an bisa lahir dari
sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada Rasulullah, dan Al-Qur’an pun turun
sebagai respon untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sebagaimana hadits yang
dikeluarkan oleh Ibnu majah, Ibnu Hatim, dan Hakim mengenai kisah
Khaulah Binti Sa’labah yang mengadu kepada Nabi karena suamniya yaitu
Aus Bin Shamit telah mendzihar dirinya (menganggapnya sebagai ibu kandung), Khaulah datang kepada Nabi dengan penuh kesedihan,
dengan hati yang penuh dengan luka menganga karena goresan-goresan luka dari
ucapan dan sikap suaminya tersebut.
‘Aisyah menceritakan, “Mahas suci Allah yang
pendengaranya meliputi segala sesuatu, sungguh aku telah mendengar Khaulah
Binti Sa’labah mengadukan suaminya
kepada Rasulullah, walaupun aku tidak mendengar pengaduanya secara utuh.
Dia berata,Wahai Rasulullah suamiku
telah mengabiskan masa muda dan masa jelita aku, dan Rahim ini telah mengadung
berkali-kali dari hasil tetesan kehidupan yang dia simpan di rahimku, tetapi
sungguh sebuah kesedihan yang menyayat-nyayat hatiku, Ketika aku sudah tidak
muda lagi, usia sudah senja dan tidak bisa lahir melahirkan buah cinta kami
lagi, dia sekonyong-konyong mendzihar ku
dengan seenak hatinya yang tidak punya perasaan, Ya Allah Aku mengadu luka hati
ini kepada mu, wahai pemilik hati.
‘Aisyah melanjutkan, Tidak lama berselang
dari peristiwa ini, maka turunlah Jibril
dengan membawakan sebuah wahyu yaitu surat Al-Mujadilah ayat 1
قَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ
زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۖوَاللّٰهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَاۗ اِنَّ
اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ
“Sungguh, Allah telah mendengar ucapan
perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu
berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat”.
Hal ini tidak menjadi sebuah kesimpulan yang
baku bahwa Setiap ayat Al-Qur’an yang turun harus ada penyebab turunya, karena
sungguh Al-Qur’an tidak semuanya turun
dengan sebab adanya sebuah peritiwa, kejadian atau adanya sebuah
persoalan yang ditanyakan kepada Nabi.
Al-Qur’an terkadang turun begitu saja untuk penyampaian risalah langit
untuk penduduk bumi.
Al-Qur’an yang turun secara langsung tanpa
penyabab apa-apa (asbabunuzul), turun menjelaskan seputar aqidah keimanan,
hal-hal yang berkaiatan dengan kewajiban berislam, dan syariat-syariat islam
secara personal atapun secara sosial. Al-Ja’fari berkata,”Al-Qur’an itu
turun dengan dua tipikal, pertama, turun tanpa sebab, dan kedua turun akibat
dari adanya sebuah peristiwa, kejadian atau persoalan”.
Oleh karena itu, ‘ulama memberikan sebuah
definisi ababunuzul adalah penyebab turunya Al-Qur’an pada waktu terjadinya
sebuah peristiwa atau adanya sebuah persoalan.
Imam As-Suyuti menganggap suatu yang sangat
berlebihan dalam ilmu asbabunuzul memberikan sebuah batasan yang terlalu
melebar dengan menjadikan
berita-berita terdahulu dan khabar tentang generasi yang telah berlalu
menjadi bagian dari asbabunuzul. Contoh sederhana mengenai peristiwa raja
abrahah yang hendak menyerang ka’bah dianggap sebagai asbabunuzul surat
Al-Fil. As-Suyuti mengatakan,”orang yang
memperdalam asbabunuzul, mereka mengatakan bahwa surat ini tidak turun pada
waktu yang dekat dengan peristiwa itu, tetapi surat Al-Fil turun jauh dari
peritiwa penyarah ka’bah oleh tantara bergajah”.
As-Suyuti dalam hal ini ingin memberikan
sebuah kritikan kepada Al-Wahidi dalam tafsirnya surat Al-Fil, beliau mengatakan bahwa surat
Al-Fil turun karena peristiwa penyerangan ka’bah oleh raja abrahah dengan
pasukan bergajahnya. Hal ini tidak bisa dianggap sebagai asbabunuzul
Al-Qur’an karena renta waktu yang begitu
jauh ungkap As-suyuti. Beliau mengangap bahwa hal tersebut hanya masuk dalam
katagori berita-berita Al-Qur’an saja mengenai generasi dan kejadian di masa
lalu bukan termasuk kepada katagori asbabunuzul.
As-Suyuti memberikan sebuah contoh yang lain
yaitu peristiwa kisah kaum Nabi Nuh ,
‘Adh, Samud, dan peritiwa pembangunan ka’bah dan lain-lain yang semua terekam
dan diceritakan dalam Al-Qur’an. Hal ini tidak sekonyong-konyong menjadi asbabunuzul
Al-Qur’an mengenai ayat yang bersangkutan. Tetapi hal ini hanya berita-berita
masa lalu dan khabar generasi yang telah lampau saja.
Reverensi
1. Mabahis fil ‘ulumul Qur’an li syaikh
mana’il qathan
2. At-Tibyan fi ‘ulumul Qur’an li Syaikh
Ali Ash-Shobuni
3. Dan lain-lain